Tuesday, October 17, 2006

Tukang Jamu apa Tukang Ramal ?

Saya kemarin mengantarkan teman saya, Dian, minum jamu. Saya pikir ini warung jamu biasa dimana saya bertemu kunir asem, brotowali, dll. Tapi Bapak jamu yang ini sebelum meracik jamunya, memegang pergelangan tangan calon peminum, yang waktu itu Dian. Kata Bapak jamu itu ke Dian (yang kemudian saya tahu namanya Pak Wit), “ Kalau lagi mens suka kebablasan ?“. Dian yang nggak tahu bahasa Jawa itu menatap saya dengan dahi berkerut . Saya menjelaskan artinya dan kemudian mereka berbicara dalam bahasa Indonesia yang isinya menguraikan masalah kesehatan teman saya itu.

Gila saya pikir, kok bisa ya dia begitu, cuma meraba pergelangan tangan bisa tahu kondisi dengan lumayan tepat si peminum jamu. Pak Wit memberikan wejangannya ke Dian” Kamu jangan makan yang adem2, pepaya, mangga, timun, bengkoang, nanas, semangka, air es dan kambing, jangan juga melek malam. Itu kalo kamu mau sembuh “. Dibalik badan Pak Wit saya melihat ke arah Dian sambil cekikikan. Emang enak, hihihihi

Saya penasaran, saya juga mau minum jamu, meski saya merasa sehat. “ Kalo saya Pak?”. Saya menyodorkan tangan saya. Pak Wit menyalami tangan saya dan kemudian memegangnya. “ Kamu ini juga nggak sehat, kamu itu sering pusing, sering ngantuk, pelupa, kemrungsung, mangkelan dll.( itu cuma sebagian yang saya ingat. Yang lain masih banyak). Saya kaget kok dia bisa banyak tahu. Dari balik Pak Wit, saya lihat Dian cekikikan.

Kemudian Pak Wit berjalan ke arah tempat dia meracik jamu, di ujung meja yang berseberangan dengan tempat saya duduk. Saya lagi memikirkan apa yang barusan Pak Wit katakan. Saya nggak habis pikir, kok bisa ya. Seketika itu juga saya menganalisa apa omongan kata Pak Wit sambil refleksi diri, ini tukang jamu apa tukang ramal ya, sampe bisa tahu saya pelupa dan kemrungsung, seharusnya kan penyakit saya aja yang dia tahu. Di sela saya berpikir itu Pak Wit dari jauh melirik ke arah saya dan bilang “ Udah , nggak usah diingat-ingat “. Pak Wit tersenyum dan kemudian melanjutkan racikannya. Hah !!!

Sebentar kemudian, dua gelas jamu dan dua gelas penawarnya ada di depan kami. Saya dan Dian saling lihat-lihatan, menunggu siapa dulu yang berani minum. Saya minum lebih cepat , tenyata enak juga. Lalu perut terasa panas dan kami keroncongan, maka kami membayar. Saat mengulurkan uang, Pak Wit melihat ke arah saya “Kamu, pantangannya sama ya , jangan makan yang dingin-dingin !” HAH !!!

No comments: