Tuesday, October 31, 2006

Finally i'm happy for u...


Akhirnya saya dapat sms dari kakak saya : Adik, aku udah di tempat Fila, sini ya. Dari kemarin saya sudah mencoba menelponnya, tapi nomor mentarinya redup terus. (saya udah nggak tau mau ngomong apa lagi karena nomor saya yang 0816 titik titik itu juga susah banget di hubungi orang. Ih Indosat, cape deh ). Saya tadinya ingin menjemput kakak saya, Bombi di Bandara, tapi ternyata dia sudah ada yang menjemput. Entah siapa tapi pastinya itu dari keluarga pacarnya, Fila, karena dia pergi ke Padang bersama Fila dan adiknya, Marcel untuk berlebaran dengan ayah mereka.
Beberapa saat sebelum dia datang, saya menunggu nunggu adanya hari ini, sama seperti dulu ketika saya menunggu kapan ibu dan ayah akan membawa saya pergi ke Tawangmangu saat libur sekolah tiba. Saya sudah membayangkan akan ngapain saja sama kakak saya, saya ingin pamer rumah kontrakan saya, saya ingin cerita tentang ini, saya mau curhat tentang laki-laki itu.
Tapi entah kenapa sekarang perasaan saya datar saja justu ketika dia sudah datang. Malah saya mulai mencari alasan agar saya tidak datang ke sana. Kakak saya bukan datang untuk saya. Saya mencari hiburan dengan pergi ke sahabat saya yang saya tahu dia selalu menerima saya dalam keadaan apapun. Dan benar, meski dia sedang pacaran, ia tetap ada untuk saya. Saya merasa jauh lebih baik. (makasih Ayu)
Besoknya, pagi-pagi benar saya ke rumah Fila. Mereka sedang makan pagi, dan seperti biasa mereka selalu hangat sama siapa saja, apalagi sama saya, tapi tidak ada orang yang menanyakan kenapa saya baru datang (pertanyaan basi tapi ternyata saya perlukan)
Kakak saya mengelus kepala saya . “Adik, kamu datang…”. Saya diam saja dan menghindar dari tatapan matanya sambil sok sibuk ikutan makan pagi. Lalu obrolan mereka mengarah ke pernikahan Bombi dan Fila yang segera terlaksana. Hmmm.. jadi tadi malam kakak melamar.
Saya udah tau rencana ini tapi saya tidak mengira kakak saya akan membicarakan ini tanpa curhat ke saya. (Tapi apa yang saya dapat lakukan, yang menikah juga bukan saya). Saya melihat ke kakak saya yang duduk di sebelah saya, matanya bersinar-sinar, wajah calon istrinya sangat cerah. Saya baru sadar, bahwa sebenarnya keputusan menikah itu sangat personal. Saya jadi menyesal tidak datang semalam, pasti saya bisa melihat kebahagiaan lebih dari hari ini. “Kakak, adik semalam bukan lagi autis, tapi autis egois” (kata lain untuk meminta maap)…

No comments: