Tuesday, November 07, 2006

Dia dan waktu


Saya pernah baca buku yang bilang kalau bentuk cinta terbesar itu adalah memberikan waktu untuk orang lain. Kenapa? Karena waktu itu tidak tergantikan oleh apapun. Waktu berjalan lurus, konsisten, searah, tidak pernah terputus dan berbalik. Waktu memang memberikan kesempatan untuk menghela nafas, mengedipkan mata, merasakan kekosongan, tapi dia tidak pernah berhenti.

Untuk masalah hati, rasanya tidak ada patokan waktu berapa lama seseorang akan memberikan waktunya untuk orang lain. Bahkan dengan kesadaran kalau sesuatu yang tak tergantikan itu tadi, ia terus sediakan untuk seseorang yang mungkin tidak membalasnya dengan waktu. Teman saya ada yang bertahun-tahun menahan perasaannya untuk seseorang, dia baru berani bilang suka saat tahun ketiga. Waktu dalam bentuk yang lebih indah itu baru berjalan empat bulan, setelah itu hubungan selesai. Teman saya yang lain menunggu adanya mahluk kecil yang bisa bertahan di kandungannya. Tahun ini sudah menginjak tahun ketiga.

Saya juga sedang dicobai oleh waktu dalam memahami seorang manusia. Prosesnya meletihkan sekaligus menyenangkan. Naik dan turunnya itu ada kalanya membuat saya tidak tahan. Seperti saat ini ketika saya merasa di ujung waktu, saya ingin berhenti di titik yang saya anggap cukup. Tubuh saya bilang cukup. Saya ingin berhenti di sini dan lari.

Sudah cukup waktu yang saya berikan buat dia, sudah cukup lama dan sudah cukup banyak. Saya ingin berhenti di titik yang saya anggap indah, saat melihat dia tersenyum. Sehingga kalau saya menoleh ke belakang, maka yang ada hanya senyum lebar dan mata jenakanya. Hanya shot-shot cantik. Itu satu jam yang lalu.

Tapi kini saat saya melihat dia lagi, tubuh saya mulai menikmati dia kembali. Tiba-tiba saya punya energi lagi untuk menyediakan waktu buat dia, meski saya tahu resikonya, waktu saya untuk yang lain akan berkurang dan yang lebih berat lagi saya akan naik turun lagi. Tapi, teman saya yang barusan putus itu juga tetap menggunakan waktunya untuk diam-diam melihat kembali puisi yang ia ciptakan untuk mantan kekasihnya itu. Teman saya satunya tetap ceria untuk berusaha hamil.

Waktu memberikan kita kesempatan mengenang dan berjuang untuk orang-orang yang kita sayangi. Saat ini saya melihat orang yang saya sayangi sedang sibuk dengan hapenya. Hanya melihat dia saja saya sudah senang, raut mukanya kadang mikir, kadang cuek, kadang tidur. Sekarang ia sedang….(sebentar ya kasih saya waktu). Baru saja dia memberikan lima detik melalui senyumnya. Senyum itu saya simpan sebagai modal energi untuk terus menyediakan waktu untuk dia. Rasanya saya belum ingin berhenti. Saya masih punya cukup tabungan waktu untuk dia,
entah untuk berapa lama…

1 comment:

yangmahakecil said...

kita selalu memberikan waktu untuk orang yang kita cintai.
pertanyaannya, siapa yang memberikan waktunya untuk kita?